Dari awal tahun sudah di wanti-wanti jika kerjakan saja sebisanya, karena sedikit saja yang kita kerjakan akan mempengaruhi kedepannya. Ya, sangat mempengaruhi tindakan kita di masa lalu. contohnya iu seperti sekarang, sudah dekat deadline baru di kerjakan dan hasilnya kurang maksimal. walau kita sama-sama tahu jika ekspektasi saya yang terlalu jauh itu menjadi petaka sendiri.
kemalasan itu dari 2 hari yang lalu, akan tetapi terasa kemarin hari jumat. dimana kemalasan yang saya lakukan membuat saya menggali kuburan sendiri dari ketakutan yang sebelumnya saya alami saat masih di bangku sekolahan. ketakukan untukberbuat kesalahan adalah hal yang fatal saat kita sedang proses pembelajaran.
Saat saya kecil, selalu di tuntut untuk perfect oleh kedua orang tua, atau hanya pikiran saya sendiri yang mengatakan harus perfect. Kakak saya adalah orang yang sangat pandai di sekolahannya dahulu atau sampai sekarang. dia mendapatkan cum laude saat perkuliahan, sampai dosennya memberikan rekomendasi untuk belajar lebih tinggi lagi, namun karena tuntutan dari usia (wanita asia) maka di tuntut untuk melangsungkan pernikahan karena usia saat itu sudah menginjak 27 akan ke 28. Kemudian adik saya adalah orang yang pintar dari lahir, sampai di akui oleh beberapa keluarga jika dia dapat menyelesaikan matematika quantum hanya menutup mata (ini hiperbola tidak sesungguhnya). mendapatkan segala sesuatu dari hasilnya sendiri dan berhasil dalam segi manapun. Saya adalah orang yang di katakan bodoh oleh guru agama saat masih sekolah dasar (berdoa untuk guru agama saya karena beliau meninggal saat saya berkuliah diploma di Bali), saya yang terus mendapatkan previlage dari orang tua (anak paling bodoh yang di leskan dari TK sampai SMA, dan berlanjut sampai mendapatkan pekerjaan karena previlage keluarga) kemudian di bilang bodoh oleh mentor karena tidak berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin paling basic saat itu.
Saat SMP dan SMA terkenal karena ingin keperfectkan tetapi sulit di dapatkan dan berujung stress sendiri, sampai akhirnya saat kuliah diploma di Bali menyadari kalau yang penting usaha dan mendapatkan hasil yang baik bukan sempurna membuat saya kembali ke kondisi biasa tanpa stress untuk menjadi sempurna. akan tetapi saat ini saya sedang meneruskan kuliah seakan terbesit kembali keinginan untuk menjadi sempurna, salah satunya kemarin saat sesi tanya jawab, saya melakukan hal yang fatal yakni ketakutan untuk menjawab dari apa yang sudah saya buat dan bahan-bahannya sudah ada, tinggal saya menyuarakan pemikiran saya.
saya akhirnya menyadari kalau, saya ini malas tetapi ingin sempurna dan akhirnya semua yang saya inginkan tidak saya dapatkan sama sekali.
"Pohon saja saat tau batasan mana yang dia punya dan mempunyai ciri khasnya masing masing seperti pohon purba yang ada di sembelia-Lombok memang menjulang tinggi berbeda dengan pohon beringin yang pada dasarnya melebar"
-Dade Radin-
Komentar
Posting Komentar