Kasta dalam Sosial

 Kasta dan Bali


    Sebagian besar orang mengetahui bahwa salah satu agama mayoritas di Bali adalah Hindu dan di Bali identik dengan Kasta sehingga di benarkan kalau Hindu identik dengan Kasta. Semua itu adalah hal yang berbeda, baik dari Bali, Hindu dan Kasta. Kita disini untuk belajar, bukan membenarkan atau menyalahkan, karena semua itu masuk kepada sosial di Bali, Pembelajaran Hindu, dan status sosial Kasta.

Kita akan mulai dari yang pertama yaitu Bali. Bali merupakan pulau yang masuk ke jajaran Nusa Tenggara, sehingga sewaktu zaman pemerintahan pertama dimasukan ke dalam sunda kecil bersamaan dengan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Sebelah barat ada pulau Jawa dan sebelah timur ada pulau Lombok. Bali berada di selatan Indonesia dan menunjukan Waktu Indonesia Tengah (WITA). Bali sudah terkenal sejak zaman kedudukan belanda, dimulai dari perdagangan yang dilakukan oleh Belanda (VOC) dimana ada budak-budak yang diberikan oleh Raja di Bali dulu akibat beberapa alasan, seperti hukuman, ekonomi dan lain sebagainya (NB: ini bukan berarti di daerah lain tidak ada perbudakan, pada zaman itu perbudakan hal yang lumrah, bahkan daerah lain juga ada perbudakan). Hingga zaman pasca kemerdekaan Bali dikenal dengan destinasinya. Bali dikenal dengan sistem budaya yang sangat kental, seperti tari-tarian, adat-istiadat dan lain sebagainya. Penduduk asli Bali saat ini disebut sebagai Bali Aga, sedangkan kerajaan-kerajaan wangsa arya kresna kepakisan dikirim dari Jawa agar dapat memantau wilayah di Bali. Rsi Markandya juga turut membangun pura terbesar di Bali yakni Pura Besakih dan Danghyang Dwijendra melakukan bhakti dari Jawa ke Bali, sesampainya di Bali Danghyang Dwijendra melakukan pengobatan karena tepat saat itu terdapat penyakit yang melanda rakyat di Bali. Perkembangan wangsa arya yang menjadi pusat pemerintahan seperti Gusti, Cokorda, Anak Agung dan lain sebagainya memiliki makna tersendiri di setiap maknanya, Danghyang Dwijendra sebagai pemuka agama menyebarkan Ida Bagus dan Ida Ayu. Selain keturunan Wangsa Arya dan Dahyang Dwijendra akan dinamai anak Jaba atau di Luar dari istana atau rumah pemuka agama.

Kedua Kita akan membahas Hindu, dinamai orang beragama Hindu karena orang-orang belajar di sepanjang sungai Shindu atau ada yang menyebutnya Lembah Hindustan. Kebanyakan orang-orang mengatakan bahwa kitab suci Hindu adalah Veda, tetapi perkembangan agama Hindu dan Veda masih banyak perdebatan. Masuknya ajaran Hindu ke Indonesia terjadi saat zaman kerajaan pertama yaitu kerajaan Kutai yang terletak di Kalimantan. Istilah Agama Hindu di Indonesia sendiri baru dilakukan pencatatan pada tahun 1960an karena pada saat itu diharuskan memiliki agama dan agama Buddha pada saat itu masuk ke dalam agama Hindu sebelum diakui pada tahun 1980an menjadi direktorat khusus agama Buddha. Hindu tidak mengenal kasta, Hindu mengenal Varna, dimana dalam Varna adalah pekerjaan. Banyak yang menyalah artikan Varna dengan Kasta. Varna ada Brahmana sebagai Pemuka agama, Ksatria sebagai sistem pemerintahan, Waisya sebagai perekonomian dan Sudra sebagai pekerja kasar. 

Kasta sendiri diambil dari kata portugal casta yang berarti keturunan atau suku dan kerap di maknai sebagai tingkat strata dalam hidup, dimana kasta bawah tidak patut dengan kasta yang diatas. jika dimaknai lanjut, kasta sudah terjadi sejak zaman dahulu atau era berburu dan meramu, dimana kasta yang diungkap pada zaman sekarang yaitu strata kekayaan atau pekerjaan lebih diutamakan untuk orang yang berburu dibandingkan dengan orang yang hanya meramu di rumah. Hal ini akan mengacu kepada berbagai strata sosial, baik itu gender, sosial ekonomi dan lain sebagainya. Secara tidak langsung kita juga sudah masuk kedalam strata sosial tersebut. 

Kesimpulannya jika dikaitkan dengan kehidupan Bali zaman dahulu, bali tidak mengenal dengan sistem Kasta, penamaan wangsa arya seperti gusti, anak agung cokorda memiliki makna tersendiri di sistem pemerintahan kerajaan pada zaman tersebut dan nama-nama Ida Bagus dan Ida Ayu merupakan nama nama keturunan dari Danghyang Dwijendra. Jika melihat dari Hindu, tidak ada yang mengatur tentang keturunan Brahmana lebih tinggi dibandingkan dengan Keturunan Kesatria, karena itu hanya sistem kerja, yang mana Brahmana membutuhkan Kesatria untuk perlindungan dari segala macam bahaya agar dapat melakukan ritual dengan baik dan benar, Kesatria membutuhkan Waisya untuk menggerakan perekonomian pemerintahan karena pemerintahan tanpa ekonomi tidak akan ada, Waisya membutuhkan Sudra untuk membantu dalam melaksanakan roda perekonomian seperti mengangkat barang dagangan yang banyak dan dipermudah, dan Sudra membutuhkan Brahmana untuk meringankan beban pekerjaan seperti mengajari membaca agar dapat menulis hasil yang nantinya di berikan kepada Waisya. 

Garis besarnya, Kita di kehidupan sosial harus belajar mengenai dimana bumi yang kita pijaki, di situ kita mengikuti norma-norma yang ada. setiap sosial memiliki keunikan sendiri-sendiri dan tidak perlu kita bandingkan dengan sosial yang satu lebih baik dengan sosial yang lain. Sosial itu terbentuk dari sosial yang sebelumnya dan akan terus ada pembaharuan. 

sekian tulisan saya, semoga dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan efek negatif
saran: bacalah saat hati dan pikiran tenang

Sumber:
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/historia/article/download/17856/7210
https://www.uny.ac.id/id/berita/kuliah-umum-sejarah-perdagangan-budak
https://www.babadbali.com/pustaka/babad/bancangah-brahmana.htm
https://narotama.ac.id/berita/detail/31760-urutan-5-kerajaan-tertua-di-indonesia,-nomor-1-ada-di-kalimantan
https://id.wikipedia.org/wiki/Kasta
https://bimashindu.kemenag.go.id/page/sejarah-kepemimpinan
https://crcs.ugm.ac.id/lika-liku-agama-buddha-meraih-pengakuan/

Komentar