Pakar Virus: Target Bali Bebas Rabies 2012 Tidak Realistis


Ubud, Bali,Dengan stok vaksin berlimpah, pemerintah optimistis bisa mencapai target Bali bebas rabies pada 2012. Namun seorang pakar menilai target tersebut tidak realistis karena sejak awal penanganannya sudah salah.

"Vaksinasi hanya akan efektif jika dilakukan secara massal dan serentak. Tentunya butuh sumber daya manusia serta dana yang tidak sedikit," ungkap Prof Dr I Gusti Ngurah Mahardika, pakar virologi dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana dalam diskusi dengan media di Hotel Yulia Village Inn, Ubud, Kamis malam (28/10/2010).
Profesor yang menjuluki dirinya sebagai 'provokator' itu menilai selama ini vaksinasi pada anjing tidak dilakukan secara serentak, sehingga memungkinkan ada anjing rabies yang lari dan menulari anjing di wilayah lain. Untuk melakukan secara serentak dalam waktu 1-2 bulan juga tidak mudah karena butuh sumber daya yang sangat banyak.

Karena itu target paling realistis untuk tahun 2012 menurutnya adalah membuat penyebaran rabies lebih terkontrol dan mencegah adanya kasus kematian pada manusia akibat rabies. Setelah target itu tercapai, barulah bebas rabies
benar-benar bisa diupayakan pada sekitar tahun 2015.

Untuk mengontrol penyebaran rabies, Bali punya potensi yang menurut Prof Mahardika bisa diberdayakan. Potensi sumber daya manusia yang dimaksud antara lain pecalang atau satgas keamanan tradisional yang terdapat di setiap desa adat.

Jika ada inisiatif dari pemerintah untuk benar-benar membatasi transportasi anjing, pecalang bisa diarahkan untuk melakukan pencatatan di daerahnya masing-masing setiap ada anjing dari wilayah lain yang keluar masuk. Menurut Prof Mahardika, hal itu mudah untuk dilakukan karena anjing hidup sulit diselundupkan.

"Tidak perlu memeriksa setiap mobil yang melintas. Cukup dibuka kacanya, dengan sendirinya anjing akan menampakkan kepala untuk mencari udara. Bagaimanapun anjing selalu merasa pengap," ungkapnya.
Menurut Prof Mahardika, langkah semacam ini seharusnya bisa dilakukan sejak kasus rabies pada anjing pertama kali muncul di wilayah Badung pada tahun 2008. Karena secara geografis wilayah itu memberi batas alam bagi anjing, perpindahan ke wilayah lain hanya bisa terjadi karena dibawa oleh manusia.

"Kalau saja waktu itu dibatasi, saya pikir cukup dengan dana Rp 2 miliar rabies bisa diberantas saat itu juga. Sekarang rabies telanjur meluas, sehingga yang terpenting adalah mencegah kematian manusia akibat rabies" tegas profesor yang kini aktif memberikan penyuluhan tentang rabies kepada masyarakat.

2012 Belum Bebas Rabies


Pesimisme Prof Mahardika dari Universitas Udayana soal target Bali bebas rabies 2012 diamini oleh Dinas Peternakan setempat. Meski begitu, bukan berarti tidak ada target sama sekali.

'Kita akan terus upayakan, tahun 2012 semua anjing di Bali sudah mendapat vaksin 3 kali,' ungkap Kepala Dinas Peternakan Bali, Ir Putu Sumantra, M.App.Sc, di sela-sela peringatan haru rabies sedunia di Ungasan, Kuta Selatan, Jumat (29/10/2010). 

Untuk benar-benar bebas penyakit rabies, menurutnya sangat sulit tercapai. Vaksinasi secara massal dan serentak terkendala banyak hal, salah satunya sumber daya manusia yang terbatas.
Saat ini Disnak baru memiliki 24 petugas penyuntik vaksin yang terlatih, dengan dibantu 18 tim dari LSM yang tersebar di seluruh Bali. Tiap tim terdiri dari 4 tukang tangkap, 1 dokter hewan dan 1 juru catat.

Dengan sumber daya yang ada saat ini, Putu merasa sulit menyelesaikan vaksinasi serentak dalam 3 bulan sejak penyuntikan massal dimulai pada September 2010. Namun ia berjanji segera membentuk tim bayangan untuk menyisir anjing anjing yang belum tervaksin.

Target paling realistis untuk tahun 2012 menurut Putu adalah mengendaikan penyakit rabies, agar tidak terjadi lagi kasus pada manusia. Selain dengan melanjutkan program vaksinasi anjing, pihaknya juga melakukan euthanasia dan sterilisasi agar populasi anjing yang saat ini siperkirakan mencapai 500 ribu ekor tidak terus melojak.

Sementara untuk membatasi mobilitas atau perpindahan anjing antar wilayah di Bali, Putu mengaku kesulitan. Menurutnya tidak mungkin memeriksa setiap kendaraan yang melintas untuk sekedar mengetahui ada anjing yang dibawa atau tidak.

"Kalau dari luar wilayah sudah kami lakukan, sementara untuk membatasi perpindahan anjing antarkabupaten kami belum tahu caranya," pungkasnya.www

Komentar